Laporan Tutorial
MODUL 1
SKENARIO 1
: BAYI NUNIK SELALU MUNTAH
Ketika sedang tugas
jaga seorang dokter muda didampingi dokter jaga memeriksa Bayi Nunik yang
selalu muntah-muntah semenjak lahir, muntah berwarna kehijauan. Bayi lahir 3000
gram ditolong bidan, panjang badan 48 cm, langsung menangis. Bayi ini belum
pernah mengeluarkan mekonium sejak
lahir. Ketika diperiksa bayi ini lemah, lethargy,
mata cekung, abdomen distensi dan terdapat tanda meteorismus. Dokter jaga juga
mengingatkan agar dokter muda mencari kelainan lain, apakah ada palatoskisis dan lainnya.Ibunya waktu
hamil bayi ini mengalami bengkak di sekitar pelepasan dan mengeluarkan darah
bila buang air besar. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, didapatkan tanda
double bubble appearance pada
foto polos abdomen. Dokter jaga menginstruksikan agar Bayi Nunik dipuasakan,
diberikan cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi dan dipersiapkan untuk
tindakan laparatomi.
Selesai mengatasi
kegawatan, dokter jaga mengajak dokter muda untuk berdiskusi tentang pasien
ini; mengapa Bayi Nunik mengalami ini, apakah akan terjadi lagi kelainan
seperti ini pada adiknya nanti ? Sebagai seorang dokter bagaimana saudara
menjelaskannya ? apa yang terjadi pada Bayi Nunik?
1. MENENTUKAN TERMINOLOGI
v Distensi abdomen :
peregangan pada dinding abdomen
v Meteorismus :
adanya gas di dalam abdomen/saluran cerna
v Lethargy :
kesadaran dalam tingkat yang rendah
v Laparotomi :
pembedahan melalui dinding abdomen
v Palatoskizis :
kelainan kongental yang mana terdapat celah pada palatum
v Mekonium :
Cairan berwarna hijau tua didalm usus bayi
v double buble appereance :
tanda gelembung ganda pada saluran cerna
2. MENENTUKAN MASALAH
a) Apa penyebab bayi muntah sejak lahir?
b) Apa makna muntah berwarna hijau ?
c) mengapa bayi tidak mengeluarkan mekonium sejak lahir?
d) Bagaimanakah waktu normal pengeluaran mekonium ?
e) Apa penyebab dari lemah, lethargy, mata cekung, distensi abdomen ?
f) Mengapa dokter menyuruh mencari kelainan congenital lain?
g) Mengapa ibunya mengeluarkan darah saat BAB
h) Apa interpretasi dari bouble buble apperance
i)
Mengapa bayi
dipuasakan dan dilakukan laparotomi serta apa indikasi laparotomi?
j)
Apa kelainan
congenital yang dialami bayi ini bersifat genetic ? serta apakah bias
diturunkan?
3. MENGANALISIS MASALAH
a)
Muntah à suatu reflex yang
menyebabkan dorongan isi lambung ke mulut. Hal ini disebabkan terstimulasinya
pusat muntah yang terdapat di postrema medulla oblongata oleh reseptor yang
terdapat di saluran cerna, organ vestibular dll.
Muntah pada bayi yang berkaitan dengan saluran
cerna dapat disebabkan oleh :
·
Kelainan congenital : stenosis pilori, atresia duodenum, hirschprug
desease, malformasi usus,dll.
b)
Muntah berwarna hijau à mengindikasikan
bahwabtelah terjadi kelainan (obstruksi) pada saluran cerna bagian bawah
setelah muara empedu, à getah empedu
memberikan warna hijau
c)
Penyebab bayi tidak mengeluarkan mekonium à sumbatan/obstruksi/atresia pada saluran cerna
bagian distal contohnya pada: atresia ani, megakolon congenital, atresia
duodenum, anus imperforate,dll.
d)
Mekonium normalnya dikeluarkan setelah bayi lahir sekitar <24 jam
pasca lahir
e)
Bayi muntah-muntah sejak lahir à menyebabkan dehidrasi dan kekurangan energi.
Dehidrasi à menyebabkan mata cekung
Kekurangan energy à bayi lemah dan lethargy.
f)
Perkembangan saluran cerna pada masa embriologi berasal dari satu sel
induk yang sama, sehingga jika terjadi kelainan pada pembentukan salah satu
bagian tidak mentup kemungkinan pada bagian lain juga terjadi malformasi
pembentukan.
g)
Hemoroid à pelebaran pada
pembuluh vena, pada kasus ibu ini kemungkinan hemoroidnya disebabkan oleh:
v Peningkatan tekanan
abdomen
v Peningkatan kadar
hormone kehamilan
h)
Ditemukannya double bubble appearance pada pemeriksaan foto polos
abdomen, menandakan telah terjadi obstruksi pada duodenum, obstruksi ini dapat
berupa atresia, stenosis maupun malrotasi
i)
Bayi dipuasakan karena akan menjalani operasi laparotomi, hal ini
merupakan prosedur sebelum pembedahan untuk mengosongan saluran cerna.
j)
Kelainan palatoskizis yang terjadi salah satunya dapat disebabkan
kerusakan pada kromoso 17, sedangakan atresis duodenum berhubungan dengan
kerusakan pada kromosom 21. Jadi kelainan congenital yang terjadi pada bayi ini
dapat bersifat genetic. Dan tidak menutup kemungkinan hal ini dapat diturunkan
4. MEMBUAT SISTEMATIKA PEMBELAJARAN
5. MENENTUKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN DAN MEMAHAMI TENTANG
i.
KLASIFIKASI
KELAINAN KONGENITAL SALURAN CERNA
ii.
GANGGUAN
EMBRIOGENESIS PADA SALURAN PENCERNAAN
iii.
FAKTOR RISIKO,
ETIOLOGI KELAIANAN KONGENITAL SALUARAN PENCERNAAN
iv.
PATOFISIOLOGI
v.
DASAR DIAGNOSIS DAN
DIAGNOSIS BANDING KELAINAN KONGENITAL SALURAN CERNA
vi.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
vii.
KOMLIKASI DAN
PROGNOSIS
viii.
KELAINAN SALURAN
PENCERNAAN YANG DIDAPAT ( ETIOLOGI, PATOGENESIS, DASAR DIAGNOSIS, MANIFESTASI
KLINIK, PEMERIKSAAN PENUJANG)
6. BELAJAR MANDIRI
7. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
KELAINAN KONGENITAL SALURAN
PENCERNAAN
I. Labiopalatoskizis ( mulut)
Yaitu
kelainan bagian depan serta samping muka serta langit-langit mulut tidak
menutup dengan sempurna
Etiologi
a.
factor Genetik atau keturunan
Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau
Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita,
sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal
seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat
pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang
terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
Selain itu bisa juga karena mutasi gen THF 8
b.
Kurang Nutrisi contohnya defisiensi vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam
folat.
Fungsi
Asam Folat
-
berperan dalam sintesis purin-purin guanin dan adenin serta pirimidin timin
-
Folat juga dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya.
Defisiensi
Asam Folat menyebabkan
gangguan metabolisme DNA.
-
Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi intisel terutama sel-sel yang cepat
membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel-sel epitel lambung
dan usus, vagina,
-
Kekurangan folat menghambat penyembuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan
gangguan darah lain, peradangan lidah (glositis) dan gangguan saluran cerna.
Pada ibu hamil, kekurangan asam folat menyebabkan
meningkatnya resiko anemia, sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu dan pucat
serta bisa menyebabkan keguguran. Kebutuhan asam folat untuk ibu hamil dan usia
subur sebanyak 400 mikrogram/ hari
Asam
folat perlu diberikan mulai 4 bulan sebelum kehamilan. Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa banyak wanita tidak tahu pasti kapan dirinya akan hamil.
Bagi janin, kekurangan asam folat pada ibu hamil, bisa
menyebabkan terjadinya kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Bayi mengalami
kecacatan pada otak dan sumsum tulang belakang, menyebabkan bayi lahir dengan
bibir sumbing, bayi lahir dengan berat badan rendah, Down’s Syndrome, bayi
mengalami kelainan pembuluh darah,
Vitamin C yang ada dalam jeruk menghambat kerusakan folat.
Alkohol
mengganggu absorbsi dan menungkatkan ekskresi folat
c.
Radiasi
d.
Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
e.
Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi
Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
f.
Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat
toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin
Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester
pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah
tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris)
pecah kembali.
Klasifikasi
1.
Berdasarkan organ yang terlibat
a. Celah di bibir (labioskizis)
b. Celah di gusi (gnatoskizis)
c. Celah di langit (palatoskizis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari
satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)
2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi
hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang
terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di
kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1. Terjadi pemisahan langit-langit
2. Terjadi pemisahan bibir
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4. Infeksi telinga berulang
5. Berat badan tidak bertambah
6. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal
ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung
Diagnosis
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah
lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik.
Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin
apakah terjadi kelainan atau idak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya
spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakaan USG.
Komplikasi
- Kesulitan
makan; dalami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah
palatum. memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan
yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing
- Infeksi
telinga, dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang
menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera
diatasi maka akan kehilangan pendengaran
3. Kesulitan berbicara. Otot – otot untuk berbicara
mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola
berbicara bahkan dapat menghambatnya
4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal
atau bahkan tidak tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi.
Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang
meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik.
Untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum
Sepuluh (rules of Ten)yaitu :
-
Berat badan bayi minimal 10 pon,
-
Kadar Hb 10 g%,
-
usianya minimal 10 minggu
-
kadar leukosit minimal 10.000/ui.
Pencegahan
-
menghindari faktor- faktor yang meningkatkan terjadinya labiopalatoskizis
-
Skrining USG
II. Atresia esofagus (esofagus)
Biasanya
terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4 kehamilan sebagai akibat dari :
Diferensiasi usus depan yang tidak sempurna dalam memisahkan diri untuk
masinbg-masing menjadi esofagus dan trakea
Perkembangan sel endotermal yang tidak lengkap sehingga menyebabkan atresia
Etiologi
Beberapa
etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelaianan kongenital atresia
esofagus :
1. Faktor obat, Salah satu obat yang
diketahui dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomine
2. Faktor radiasi, Radiasi pada permulaan
kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janian yang dapat
mengakibatkan mutasi pada gen.
3. Faktor gizi, Penyelidikan menunjukan
bahwa frekuensi kelainan congenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang kekurangan makanan
4. Dihubungkan
dengan trisomi 21, 13, 18
Manifestasi
klinis
-
polihidramnion ( air ketuban > 2000 ml ) pada kehamilan
-
sekresi pada mulut bayi meningkat
- bayi
tersedak, batuk atau sianotik saat diberi minum
-
Beberapa jam setelah lahir timbul napas ngorok dan sesak napas
-
Terlihat gelembung udara bercampur lendir putih pada lubang hidung dan mulut
karena regurgitasi air ludah atau minum pertama.
Diagnosis
- dari
gejala-gejala yang terlihat
-
Diagnosis antenatal dengan USG pada gestasi 14-15 minggu dengan hasil tidak
tampak adanya gambaran lambung janin dengan cairan amnion normal atau meningkat
-
Diagnosis post natal
Masukkan
kateter yang agak kaku melalui lubang hidung ke esofagus. Jika kateter terhenti
setelah masuk 10-12 cm dari rongga hidung, maka diagnosis dapat ditegakkan
-
Pemeriksaan radiologis = foto thoraks
·
Masukkan kateter lewat hidung. Akan terlihat gambaran kateter melengkung ke
atas pada kantong esofagus yang buntu.
·
Adanya udara dalam abdomen menunjukkan fistula trakeoesofageal
Penatalaksanaan
Pembedahan
Sebelumnya
bayi ditelungkupkan untuk mencegah isi lambung masuk ke paru-paru. Untuk
mencegah aspirasi kantong buntu esofagus harus tetap dipertahankan kosong
dengan pengisapan teratur, pemantauan suhu rutin, cairan tubuh
III. Stenosis pylorus ( lambung )
Penyebab
kelainan ini belum jelas diketahui. Kelainan ini biasanya baru diketahui
setelah bayi berumur 2-3 minggu
Manifestasi
klinis
– Muntah
Proyektil, biasanya setelah diberi minum, makin sering sampai 2 – 3 kali
pemberian minum.
– Bisa mulai
dari minggu ke 1 – 2, Kebanyakan mulai bergejala umur 2 – 8 minggu.
– Tidak
berwarna bil (dari empedu) tetapi terkadang ada flek sedikit darah.
– Tidak ada
mual, dan bayi segera mau minum lagi.
– Kalau
lama: berat badan turun, dihidrasi, alkalosis matabolik dengan hypokloremia
& jaundis.
Diagnosis
– Pada
pemeriksaan fisik carilah benjolan sebesar buah zaitun (“olive”) di kwadrant
kanan atas. Lebih mudah diraba kalau
bayi bersandar dan sedang minum.
– < 50%
dapat diraba.
–
Radiologis: Seri Kontras Saluran Cerna Atas (UGIS): Dilatasi lambung serta
“string sign” (benang)pada waktu kontras melewati pylorus yang menyempit &
“double tract” karena edema mukosa.
Tata
laksana
– Koreksi
dihidrasi & alkalosis metabolik dulu
– Operasi
piloromyotom
IV.
Lambung intratorak ( lambung )
Etiologi
Esofagus
pendek akibat kelainan kongenital yaitu kegagalan elongasi usus depan antara
hari 30 dan hari ke 39 perkembangan janin
Gejala
-
nyeri perut epigastrum
-
nyeri perut setelah makan dan muntah
-
disfagia
-
rasa panas akibat refluks cairan lambung
Diagnosis
-
fluroskopi = untuk melihat batas gastroesofageal
-
esofagoskopi = disfagia
-
pemeriksaan manometrik = untuk menilai tekanan sfingter esofagus
Penatalaksanaan
-
Sewaktu makan bayi duduk dalam posisi tegak dan tidur dengan letak kepala lebih
tinggi
-
Antasid = cegah ulkus
-
Tindakan bedah = jika perawatan konservatif tidak berhasil
V. Atresia bilier
Atresia
Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak
berkembang secara normal.
PENYEBAB
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui.. Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran.
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui.. Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran.
GEJALA
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
- air kemih bayi berwarna gelap
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
- air kemih bayi berwarna gelap
-
tinja berwarna pucat
-
kulit berwarna kuning
-
berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat
-
hati membesar.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar.
# Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
# USG perut
# USG perut
# Rontgen perut (tampak hati membesar)
# Kolangiogram
# Biopsi hati
# Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi
berumur 2 bulan).
PENGOBATAN
Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu ke usus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan pada 5-10% penderita. Untuk melompati atresia bilier dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus, dilakukan pembedahan yang disebut prosedur Kasai. Pembedahan akan berhasil jika dilakukan sebelum bayi berusia 8 minggu.
Biasanya pembedahan ini hanya merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan pencangkokan hati.
VI.
Atresia dan stenosis duodenale ( duodenum )
Etiologi
- Mungkin
disebabkan dari kegagalan rekanalisasi
- terganggunya
suplai darah sehingga satu segmen usus tidak berkembang dan menyebabkan
penyempitan malahan bisa hilang sehingga terjadilah atresia.
Patogenesis
- Atresia
menyebabkan obstruksi usus.
- Akibatnya
makanan tidak dapat melewati usus dan tertahan di saluran bagian atas.Hal
ini menyebabkan terjadinya muntah yang berulang untuk mengeluarkan
makanan tadi sehingga terjadilah dehidrasi pada anak.
- Obstruksi
juga mengakibatkan udara tidak bisa keluar sehingga perut menjadi kembung
yang nantinya bisa mendesak saluran nafas dan mengakibatkan nafas jadi
sesak.
Manifestasi
klinis
- Muntah
proyektil dan berwarna hijau
- Perut
bagian epigastrium membuncit
- Dehidrasi
Diagnosis
- Foto polos abdomen yang memperlihatkan gambaran
“double bubble”
Tata
laksana
- Lambung dikosongkan terlebih dahulu
- Beri
cairan intravena untuk memperbaiki keseimbangan air dan elektrolit.
- Operasi
yaitu duodenoduodenostomia atau duodenoyeyunostomia
VII.
Divertikulum mekel ( yeyunum ileum )
Adalah
suatu kelainan bawaan yang merupakan suatu kantung ( divertikula ) yang
menonjol dari dinding usus halus. Divertikula ini bisa mengandung jaringan
lambung maupun jaringan pankreas.
Penyebab
pasti tidak diketahui.
Gejala
¯ Biasanya tidak bergejala, tapi kantungnya dapat
melepaskan asam dan menyebabkan ulkus sehingga terjadi perdarahan rektum yang
tidak disertai nyeri.
¯ Tinja biasanya berwarna keunguan / kehitaman
¯ Pada remaja dan orang dewasa, divertikulum cenderung
menyebabkan penyumbatan usus sehingga timbul nyeri, kram dan muntah
Diagnosa
> Melalui skrining radionuklir
> Pada pemeriksaan tinja bisa ditemukan adanya
darah
> Pemeriksaan darah dilakukan untuk menemukan
adanya anemia
Penatalaksanaan
·
Jika tidak timbul gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan khusus
·
Jika terjadi perdarahan, maka dilakukan pengangkatan divertikulum disertai
pengangkatan jaringan usus disekitarnya
VIII.
Hirschsprung (Megakolon Kongenital)
Etiologi
- Terjadi akibat tidak adanya sel-sel ganglion
submukosa dan pleksus miesterikus dari intestin distal.
Patogenesis
Tidak ada ganglion parasimpatik dalam
dinding usus yang terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak
tertentu menyebabkan bagian kolon yang sempit ini tidak dapat mengembang
sehingga tatap sempit dan defekasi terganggu. Kolon proksimal (antara usus yang persarafannya normal dan
abnormal) akan menebal/hipertropi otot karena tinja yang tertimbun menyebabkan
penebalan dinding usus.
Manifestasi
klinis
- Gangguan
defekasi 24 jam setelah lahir
- Trias
klasik : Mekonium keluar terlambat, muntah hijau, perut membuncit
seluruhnya
- Gejala
obstipasi kronik diiringi oleh diare berat dengan feses berbau dan berbau
khas karena enterokolitis
•
Distensi berlebihan dinding abdomen
• Pada
anak yang lebih besar, diare lebih menonjol
Diagnosis
- Pemeriksaan
fisik à rectal toucher
- Pemeriksaan
radiologis : Tampak masa usus yang melebar
- Pemberian
barium enema ditemukan perubahan kaliber usus yang mendadak diantara usus
berganglion dan aganglion
- Pemeriksaan
manometri anal didapat kenaikan tekanan sfingter ani interna dibandingkan
orang yang normal
- Biopsi
rektum -> tidak ditemukan sel ganglion parasimpatik
Tata
laksana
– Untuk
mengobati gejala obstipasi dan mencegah enterokolitis, lakukan bilasan kolon
dengan cairan garam faai atau kolostomi di daerah yang ganglioner dengan
laparatomi atau anal tube
– Bedah
definitive bila bayi berusia 6 – 12 bulan, dengan BB >9 kg.
IX.
Atresia recti dan ani
•
Tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm
mengakibatkan pembentukan lobang anus yang tidak sempurna
• Anus
tampak rata / sedikit cekung kedalam / anus ada tapi tidak berhubungan dengan
rectum
Etiologi
l Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
2 Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu/ 3 bulan
3 Adanya gangguan/ berhentinya perkembangan
embriologik di daerah usus, rektum bagian distal, serta traktus urogenital
Tanda
dan gejala
·
Mekonium
tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
- Tidak
dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi
- Mekonium
keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
- Perut
kembung
Klasifikasi
1) Anal stenosis -> penyempitan daerah anus -> feses tidak bisa keluar
2) Membranosus atresia
-> terdapat membran pada anus
3) Anal agenesis -> memiliki anus, tapi ada daging antara rektum
dan anus
4) Rektal atresia -> tidak
memiliki rektum
Diagnosis
* Kelainan biasanya dapat di
diagnosis setelah lahir, Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran
* Perut kembung
* Tidak dapat dilakukan pengukuran
suhu rektal pada bayi
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
foto rontgen untuk menentukan letak ujung buntu
USG
perianal untuk menentukan jarak antara ujung rektum dengan kulit
Penatalaksanaan
o Kolonostomi, dilakukan
saat bayi berusia 12 bulan
o Eksisi membran anal
-> membuat anus buatan
DAFTAR
BACAAN
1. BUKU
AJAR ILMU BEDAH
2. EMBRILOGI
LANGMAN
3. BUKU
AJAR PEDIATRIC NELSON
Komentar
Posting Komentar